Nganjuk (21/12). Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk, menggandeng Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka (UT) Surabaya, untuk menjembatani para calon muballigh-muballighoh atau juru dakwah yang berkeinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Program itu merupakan tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman (MoU) DPW LDII Jawa Timur dengan UPBJJ-UT Surabaya November lalu.
Dalam kesempatan itu, Kepala UPBJJ-UT Surabaya Dr Suparti berkunjung ke Ponpes Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk untuk menyosialisasikan program belajar di UT Surabaya, Selasa (20/12).
“Kami hadir di sini untuk mengenalkan program belajar jarak jauh UT kepada calon muballigh-muballighoh yang akan diterjunkan ke seluruh Indonesia. Karena UT menerapkan sistem belajar mandiri, terbuka, dan jarak jauh, yang sangat mungkin diikuti oleh masyarakat. Baik masyarakat yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri,” ujar Suparti di hadapan 784 calon juru dakwah.
Suparti menyampaikan keunggulan di Universitas Terbuka yang tidak dimiliki oleh universitas lain, seperti tidak ada sistem drop out (DO).
“Misalkan saat ini kuliah mendaftar di UT Surabaya, namun di tengah perjalanan ternyata muballigh/muballighot ditugaskan di Ternate, nanti bisa diurus dan lanjut belajar di UT Ternate. Karena UPBJJ-UT memiliki kantor di setiap provinsi sehingga tidak ada kesulitan untuk warga LDII untuk lanjut kuliah,” terangnya.
Keunggulan Universitas Terbuka yang lainnya, ialah bebas biaya gedung, wisuda, tanpa batas usia dan tanpa tugas skripsi (hanya tugas akhir program).
Pengasuh Ponpes Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk, Habib Ubaidillah Al Hasaniy mengatakan, nota kesepahaman LDII Jawa Timur dengan UT Surabaya merupakan sebuah kabar yang membanggakan yang selama ini ia impikan dan cita-citakan.
Hal ini sebagai kebutuhan bagi Ponpes Al Ubaidah yang menjadi tempat diklat calon juru dakwah selama satu bulan dan kemudian ditugaskan di seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Tentunya para santri selain menempa ilmu agama namun tidak meninggalkan dunia pendidikan perguruan tinggi.
“Berkaitan dengan itu dakwah sekarang ini yang pasti tidak hanya menyampaikan pesan-pesan agama yang paling pokok dan mendasar, tapi di abad modern ini tentunya berbagai ilmu pengetahuan sebagai pendukung tidak bisa diremehkan, bahkan untuk saya itu menjadi suatu kewajiban,” terang Habib Ubaidillah.
Menurutnya, para juru dakwah yang ditugaskan ke penjuru Indonesia bahkan mancanegara tidak menutup kemungkinan akan menjumpai banyak kesulitan dalam mengembangkan dan meningkatkan keilmuannya ke perguruan tinggi. Terkadang mereka ditugaskan di tempat yang jauh dari perkotaan sehingga sulit menjangkau perguruan tinggi.
“Alhamdulillah sekarang sudah terjawab. Dengan demikian ini adalah waktu yang tepat sosialisasi dari Kepala UT Surabaya, Dr Suparti, di Ponpes Al Ubaidah Kertosono. Insya Allah saya yakin husnudzon billah diawali bulan ini banyak yang mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Universitas Terbuka,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Jawa Timur KH Moch Amrodji Konawi mengatakan mencetak generasi penerus muballigh-muballighoh yang sarjana atau sarjana yang muballigh-muballghoh merupakan amanah dari ulama dan dewan penasehat DPW LDII Jawa Timur.
“Harapan ini kita wujudkan dalam kerjasama DPW LDII Jawa Timur dengan Universitas Terbuka Surabaya sebagai perguruan tinggi negeri yang fleksibel. Fleksibilitas inilah yang kami butuhkan karena banyak tenaga-tenaga pendidik, ustad-ustadzah, dan muballigh-muballighoh yang berkeinginan untuk kuliah tapi merasa ada kesulitan salah satunya faktor tugas yang bisa berpindah-pindah tempat,” ujarnya.
KH Amrodji menambahkan, selain mencetak muballigh-muballighoh yang sarjana, LDII tak lepas dari pembinaan generasi penerus yang alim faqih, berakhlaqul karimah dan mandiri, atau sering disebut pembinaan Tri Sukses Generus.